Kementerian Kesehatan telah sejauh ini memeriksa 91 kasus dugaan hepatitis akut misterius pada anak di Indonesia.
Dari jumlah tersebut 35 orang di antaranya dinyatakan probable atau suspek, 7 pending atau masih menunggu hasil pemeriksaan yang lebih lengkap, dan 49 discarded atau telah dipastikan negatif.
“Kasus hepatitis akut ini tersebar di 22 provinsi.
Jadi tidak semua provinsi ada kasus hepatitisnya,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, dalam konferensi pers secara virtual, Jumat 16 September 2022.
Dari 22 provinsi itu, kasus terbanyak ada di DKI Jakarta dengan 12 kasus probable dan 3 kasus pending, DIY 3 kasus probable, serta Jawa Tengah 2 kasus probable dan 2 kasus pending.
Status pasien dari 35 probable dan 7 pending paling banyak laki-laki usia 0 sampai 5 tahun.
Syahril menjelaskan dari 35 kasus probable yang dilakukan pemeriksaan dan dikaji oleh komite ahli telah diketahui bahwa patogen paling banyak ditemukan pada pasien adalah EBV (Virus Epstein-Barr) atau virus herpes pada manusia 4.
“Gambaran gejala klinis 35 kasus probable itu terbanyak adalah demam, kuning, mual, muntah, hilang nafsu makan,” ucap Syahril.
Selain itu, ia menjelaskan kapasitas laboratorium telah ditambah.
Kementerian Kesehatan kini sudah mempunyai 33 laboratorium yang memiliki kemampuan pemeriksaan hepatitis dari semula yang hanya 2.
“Sudah dilakukan pelatihan dan sudah melakukan pemeriksaan–pemeriksaan,” kata Syahril.
Dokter Spesialis Kesehatan Anak, Hanifah Oswari, mengatakan kasus hepatitis akut misterius pada anak tetap ada, namun kasusnya sekarang tidak sebanyak seperti awal kasus.
Saat ini masih ada 7 kasus hepatitis yang belum dibahas.
“Perkembangan dari hepatitis ini kita belum mengetahui penyebabnya,” kata dia sambil menambahkan, “Perlu tetap waspada tetapi tingkat kewaspadaannya tidak seperti yang di awal-awal.”