Kasus pemberian obat kedaluwarsa jamak terjadi.
Bukan hanya di pusat-pusat layanan kesehatan, seperti yang baru-baru ini diakui terjadi lingkungan Puskesmas Kota Tangerang, Banten, tapi juga di lingkup rumah tangga.
“Sering terjadi,” kata dokter spesialis anak, juga Guru Besar Pediatrik di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kusnandi Rusmil, Kamis 11 Agustus 2022.
Menurut Kusnandi, biasanya obat punya masa toleransi sekitar 2-3 bulan setelah tanggal kedaluwarsa yang tertera.
Jika telanjur diberikan, dia menyarankan agar anak–seperti pada insiden di Tangerang–diobservasi.
“Kalau ada tanda muntah dan mual bawa ke Puskesmas,” kata dia.
Kusnandi mengatakan, gejala sakit yang muncul setelah mengkonsumsi obat kedaluwarsa belum tentu bisa disebut keracunan.
Pada obat penurun panas, misalnya, dia menyebutkan, “Paracetamol obat aman.” Profesor yang pernah menjadi Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac ini meminta semua pihak, petugas fasilitas kesehatan maupun orangtua, untuk selalu melihat atau memeriksa tanggal kedaluwarsa obat sebelum diminum.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Dinni Anggraeni membenarkan terjadi kelalaian petugas puskesmas yang memberikan obat kadaluarsa di Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di sebuah posyandu.
Obat yang dimaksud adalah penurun panas dan diberikan kepada seorang balita sebagai antisipasi bila mengalami kejadian ikutan pascaimunisasi.
“Kami sangat menyayangkan kejadian ini, dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga atas kelalaian pengelolaan obat yang terjadi di luar gedung Puskesmas,” katanya seperti dikutip dari Antara.
Dinni menuturkan, posyandu sudah tidak aktif dua tahun karena pandemi.
Obat yang lama itu belum sempat dilaporkan atau dikembalikan ke petugas farmasi di puskesmas.
Saat pelaksanaan BIAN pada Selasa lalu, obat tersebut terbawa sehingga diberikan kepada pasien tanpa memeriksa kembali ED (expired date) obat yang diberikan.
Menurut Dinni, seluruh petugas baik dari Posyandu, Puskesmas, Ketua Mutu, UKP, UKM hingga Dinas Kesehatan sudah langsung membahas untuk menelusuri lebih jauh kejadian tersebut.
Petugas juga sudah langsung melakukan kunjungan ke rumah pasien, serta meninjau dan memeriksa langsung kondisi si balita.
“Petugas langsung memberikan obat pengganti dan pendukung pemulihan sambil dilakukan peninjauan lanjutan,” ujarnya.